BATUBARA - Setelah ditetapkan sebagai kawasan hutan kemasyarakatan (HKm), mangrove park yang kini dikelola Kelompok Tani Cinta Mangrove, membutuhkan perhatian dan dukungan dari berbagai pihak, khususnya BUMN yang bergerak di bidang perkebunan dan industri.
Hal ini diungkapkan Ketua Kelompok Tani Pecinta Mangrove, Azizi didampingi Pembina Kelompok Budiman Amin Tanjung, usai melakukan penanaman secara simbolis 10.000 batang bibit mangrove di kawasan HKm Pantai Sejarah, Minggu (28/08).
Menurut Azizi yang sudah melakukan rehabilitasi mangrove di Pantai Sejarah sejak tahun 2015, terciptanya kawasan hutan mangrove yang lestari akan berdampak positif bagi pelestarian lingkungan secara menyeluruh. Sebab mangrove, di samping mampu menahan abrasi air laut di bibir pantai, juga mampu menyerap karbon dioksida (CO2) yang terpapar ke udara dampak dari industry dan pencemaran lingkungan. “Dalam satru hektar saja, mangrove mampu menyerap hingga 39,75 ton CO2 per tahun. Bayangkan kalau kawasan ini bisa kita lestarikan dengan mangrove. Berapa besar emisi karbon yang bisa kita tekan agar lingkungan terhindar dari polusi,” jelas Azizi.
Selama ini pihaknya sudah melakukan kerjasama dengan pemerintah Kabupaten Batu Bara, dan sejumlah perusahaan swasta yang memiliki kepedulian terhadap pelestarian kawasan mangrove di pesisir pantai. Dengan pola kerjasama ini, perusahaan-perusahaan bisa menjadi Wali Asuh bagi tanaman mangrove secara berkelanjutan. “Kita berharap perusahaan-perusahaan ini memanfaatkan dana CSR atau sejenisnya untuk ikut mendukung pelestarian kawasan hutan mangrove,” tambah Budiman Amin Tanjung.
Luasnya areal yang telah ditetapkan sebagai kawasan hutan kemasyarakatan atau HKm, sangat membuka peluang bagi kepedulian berbagai perusahaan swasta maupun BUMN, khususnya BUMN Perkebunan yang beroperasi di sekitar Kabupaten Batu Bara, dan Asahan.
“Kita sudah menyiapkan skema kerjasama yang akan kita ajukan dalam waktu dekat, semoga bisa disambut positif dan upaya pelestarian kawasan Mangrove Park Pantai Sejarah ini bisa terus berkelanjutan, yang diyakini akan membawa manfaat positif bagi pelestarian lingkungan yang lebih luas,” tambah Budiman Amin Tanjung.
Saat ini di samping menjadi salah satu destinasi wisata unggulan di Kabupaten Batu Bara, Mangrove Park Pantai Sejarah, juga menjadi titik kumpul imigrasi kawasan ratusan ribu burung dari berbagai belahan dunia. Dari bulan Oktober hingga Maret, pengunjung bisa menyaksikan dari dekat berbagai jenis burung air yang sebagaian sangat langka dan terancam punah berada di kawasan pantai Sejarah. Mereka berkumpul untuk mendapatkan makanan dan nutrisi sebelum meneruskan perjalanan ke negeri lain, seperti Australia, dan Selandia Baru (New Zeland) untuk berkembangbiak. (Red)