Kemendikbud Siapkan Desain Kurikulum Prototipe, Solusi Pemulihan Pendidikan Dampak Pandemi

Editor: Hetty author photo

Gambar ilustrasi.

Jakarta - Kemendikbud Ristek tengah menyiapkan desain kurikulum prototipe. Kurikulum ini didesain untuk memulihkan dampak learning loss imbas pandemi Covid-19 itu. Salah satunya terkait penjurusan IPA, IPS atau bahasa akan dihapus.

Pelaksana Tugas (Plt.) Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran, Kemendikbud Ristek, Zulfikri mengatakan, saat ini materi pengaturan pengelolaan kelas dalam kurikulum prototipe masih digodok.

"Kita sedang rumuskan panduannya termasuk pengelolaan kelasnya. Apakah ada batasan minimum untuk kelas peminatan tertentu dan bagaimana mengarahkan anak dalam menentukan pilihan sesuai minat mereka. Dua tahun ini masa pengembangan dan evaluasi. Tahun 2024 nanti kita akan lihat kurikulumnya seperti apa secara nasional," jelas Zulfikri dalam keterangan tertulisnya, Kamis (30/12).

Zulfikri menyarankan, agar optimal kurikulum prototipe berjalan optimal, Guru Bimbingan Konseling (BK) turut membantu siswa menentukan pilihan mata pelajaran yang sesuai dengan minatnya.

Kurikulum prototipe, dijelaskan Zulfikri, berbasis proyek yang mengacu pada nilai-nilai Pelajar Pancasila. Misalnya, ketika siswa belajar kepedulian terhadap lingkungan dengan cara mengelompokkan sampah, maka di saat yang sama mereka juga belajar bekerja sama. Sangat mungkin satu proyek


terkait dengan beberapa materi pembelajaran maupun lintas mata pelajaran. Proyeknya tidak menambah waktu belajar tapi mengambil 20-30 persen jam pelajaran.

"Orientasinya memberi ruang kepada anak untuk berkreasi dan mengembangkan potensi belajar mereka supaya anak merasa menemukan makna dari belajar itu dan bisa memecahkan masalahnya sendiri secara mandiri maupun berkelompok sehingga sisi akademik dan nonakademiknya berkembang secara utuh," katanya.

Dalam waktu dekat, Kemendikbud Ristek segera menawarkan opsi kebijakan kurikulum untuk pemulihan pembelajaran.

Opsi kurikulum yang ditawarkan adalah Kurikulum Prototipe yang mendorong pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan siswa, serta memberi ruang lebih luas pada pengembangan karakter dan kompetensi dasar.

“Di tahun depan tidak ada kebijakan kurikulum baru, tetapi kebijakan pemulihan pembelajaran akibat pandemi. Dalam dua tahun ke depan, kurikulum yang disederhanakan akan terus dievaluasi sambil memperkenalkan kepada seluruh masyarakat," tutur Zulfikri.

Oleh karena itu, untuk melihat efektivitas penerapan Kurikulum Prototipe secara terbatas, satuan pendidikan yang telah bergabung dalam barisan Sekolah Penggerak akan dilibatkan. Dia menekankan bahwa penerapan Kurikulum Prototipe bukan suatu perintah, melainkan pilihan.

“Kami ingin, satuan pendidikan (sukarela) menerapkannya berdasarkan pemahaman yang baik sehingga merasa memiliki dengan kurikulum apapun yang dipilih. Bukannya mengatakan ini kurikulum pusat. Sekali lagi, tidak ada unsur paksaan karena kalau status kebijakan ini (sifatnya) wajib, maka siapapun akan menjalankannya meski sebenarnya dia tidak mau atau tidak paham,” tegasnya.

Kemendikbud Ristek nantinya akan memberikan pemahaman tentang paradigma kurikulum ini kepada sekolah. Lalu, satuan pendidikan diberi kebebasan untuk memilih, apakah ingin langsung belajar sambil praktik, atau ingin mempelajari dulu konsepnya selama satu tahun.

Kemudian baru diimplementasikan di tahun berikutnya. Guru dan siswa juga diberi kesempatan untuk memberi umpan balik terkait pengalaman mereka selama menjalankan kurikulum prototipe ini.



Sumber : Merdeka.com
Share:
Komentar

Berita Terkini