MEDAN - Kabar batalnya konser Honne di Medan berhembus kencang. Namun, Paguyuban Jawa Keturunan Nusantara Bersatu (Pujaketarub) tak percaya dan tinggal diam. Mereka menegaskan aksi penolakan tetap berlanjut hingga ada pernyataan resmi dan terbuka dari penyelenggara.
Hotel Santika Dyandra Medan, lokasi konser yang direncanakan, telah membatalkan kontrak dengan penyelenggara. Namun, Ketua Umum Pujaketarub, Hermawan, SH, MH, menilai pernyataan tersebut tak cukup kuat dan kurang transparansi. Ia menyayangkan minimnya informasi resmi terkait pembatalan konser tersebut.
"Hanya satu media nasional yang memberitakan pembatalan, dan itu pun belum memadai," tegas Hermawan.
Pujaketarub sejak awal menolak konser Honne karena dianggap bertentangan dengan norma budaya dan agama, khususnya dugaan akomodasi komunitas LGBT. Mereka kecewa karena dianggap sebagai pihak yang paling vokal menolak konser tersebut.
"Kami yang berada di garis depan sejak awal," ujar Hermawan. Aksi penolakan, kata dia, tak hanya di Medan, namun di mana pun konser serupa digelar.
"Selama belum ada penegasan resmi, kami anggap konser belum batal. Pujaketarub akan hadir di mana pun konser berunsur LGBT diselenggarakan di Indonesia," tegas Hermawan.
Hingga saat ini, belum ada konferensi pers atau pernyataan resmi dari penyelenggara yang memberikan kepastian status konser Honne di Medan. Publik masih menunggu klarifikasi terbuka. (Rom)