MEDAN – Kuasa hukum dari 27 warga Desa Sampali, Jalan Haji Hanif, Hottua Manalu, SH, dari Kantor Hukum Kamaruddin Simanjuntak kecewa dengan kinerja penyidik Satreskrim Polrestabes Medan. Pasalnya 12 laporan pengaduan kliennya setahun mandek alias jalan ditempat. Mereka mendatangi Polrestabes Medan untuk mempertanyakan kepada penyidik unit Harda terkait laporan yang sudah dilaporkan, Jumat (12/9/2025).
"Hari ini kami berkoordinasi dengan penyidik terkait laporan yang sudah kami buat. Sudah hampir 6 bulan laporan kami tidak ada pemberitahuan perkembangan dari pihak penyidik," ujar Hottua Manalu di depan Polrestabes Medan, Kamis (12/09/2025).
Hottua menjelaskan, pihaknya memiliki 12 laporan polisi yang mewakili 27 klien. SP2HP terakhir diterbitkan pada Januari-Februari 2025, dan sejak itu tidak ada lagi perkembangan. Pihaknya juga telah menyerahkan nama-nama pelaku kepada penyidik.
"Penyidik mengatakan pelaku sudah dipanggil tapi tidak pernah datang. Ada juga laporan yang benar-benar beku, tidak ada pemanggilan saksi maupun terlapor," tambahnya.
Menurut Hottua, kasus perusakan di Desa Sampali dilakukan oleh preman yang diduga sebagai kaki tangan dari pihak tertentu. Pihaknya memiliki bukti video yang menunjukkan kejadian tersebut.
"Harapan kami kepada Polrestabes Medan untuk menindaklanjuti laporan polisi. Jika tidak ada tindak lanjut atau penangkapan pelaku, kami akan melaporkan kasus ini ke Mabes Polri, bahkan mungkin melaporkan penyidik ke Propam Mabes Polri," tegasnya.
Kedatangan mereka hari ini bertujuan untuk memperjelas apakah Polrestabes Medan masih mau menindaklanjuti laporan polisi tersebut. Jika tidak ada kejelasan, mereka akan membawa kasus ini ke Mabes Polri, Propam, dan Bareskrim untuk mencari keadilan.
Ketika dikonfirmasi melalui telepon selulernya, Kasat Reskrim Polrestabes Medan, AKBP Bayu Putro Wijayanto tidak membalas konfirmasi wartawan. (Rom)
