Jakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan imbauan untuk semua pihak terkait potensi kebakaran hutan dan lahan di Pulau Sumatera. Meliputi daerah Provinsi Riau, sebagian Sumatera Utara, dan sebagian Jambi.
"Kewaspadaan yang pertama perlu dilakukan pada Februari 2023, di mana meskipun sebagian besar wilayah Indonesia masih mengalami hujan, tetapi di wilayah Riau, sebagian Jambi, dan sebagian Sumatera Utara memasuki kemarau," kata Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, dalam konferensi pers terkait penanganan kebakaran hutan dan lahan di Gedung Manggala Wanabakti di Jakarta, Jumat (20/1).
BMKG memprediksi curah hujan tahun ini mengalami penurunan akibat kondisi La Nina yang semakin melemah dan masuk netral.
Menurutnya, kondisi netral itu hampir berhimpit dengan kondisi El Nino lemah. BMKG memprediksi bahwa curah hujan pada tahun ini mengalami penurunan, meskipun saat ini masih puncak musim hujan.
"Pada Mei, kami memprediksi mulai terdeteksi terjadinya penurunan curah hujan, yaitu ada yang mendekati sampai di bawah 150 milimeter," ujar Dwi.
Ia menyampaikan pada April 2023, penurunan hujan diperkirakan terjadi di wilayah Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, sebagian Jawa Timur, sebagian Jawa Tengah, Jawa Barat, dan sebagian Sumatera hingga kurang dari 50 milimeter.
Intensitas hujan yang terus menurun itu berlanjut sampai Juni 2023. Daerah yang mengalami zona kering kian meluas, curah hujan semakin rendah, terutama di Sumatra, Jawa, Nusa Tenggara, serta Kalimantan.
"Jadi meluasnya itu Juni-Juli, hampir di seluruh wilayah Sumatra, hampir seluruh Jawa, Nusa Tenggara, seluruh Sumatera, sebagian wilayah Kalimantan, sehingga potensi kebakaran hutan dan lahan akan kita antisipasi sebaiknya mulai April," ujar dia.
Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), ada 66 titik kebakaran dengan luas 459 hektare yang terjadi pada 11 provinsi di Indonesia terhitung sejak 1-19 Januari 2023.
Pada 2022, luas kebakaran hutan dan lahan di Indonesia mencapai 204.000 hektare. Jumlah itu menurun ketimbang pada 2021 yang 358.000 hektare.
Menteri LHK Siti Nurbaya mengatakan pemerintah menggunakan teknik modifikasi cuaca sebagai sistem pencegahan kebakaran hutan dan lahan di Indonesia.
"Mungkin akhir Februari atau pertengahan Maret kami sudah mulai operasi, karena biasanya Pak Presiden akan pesan jangan sampai Lebaran ada asap," kata dia. Demikian dikutip dari Antara. (red)